Kamis, 28 Februari 2013

MENGENAL DIRI SENDIRI

MENGENAL DIRI SENDIRI

 Tidak ada orang yang tahu Hal Raja melainkan Raja itu sendiri. Allah telah menjadikan kita Raja dalam bentuk yang kecil yang memerintah kerajaan yang kecil. Dan ini adalah salinan kecil Diri (Zat) Nya dan kerajaannya.

 Dalam kerajaan kecil pada manusia itu, Arash itu adalah ruhnya; ketua segala Malaikat itu adalah hatinya; Kursi itu otaknya; Lauhmahfuz itu ruang khazanah khayalan atau pikirannya.

 Ruh itu tidak bertempat dan tidak bisa dibagikan dan ia memerintah badanya sebagaimana Allah memerintah Alam Semester Raya ini. Pendeknya, setiap orang manusia itu dipercayakan dengan satu pemerintah kecil dan diperintahkan jangan lalai dan lalai mengelola kerajaan itu.

 Berkenaan dengan mengenal ciptaan Allah Subhanahuwa Taala, ada banyak derajat pengetahuan. Ahli Ilmu Alam yang biasa adalah ibarat semut yang merangkak diatas kertas dan memperhatikan huruf-huruf hitam terbentang di atas kertas itu dan merujukkan sebab kepada pena atau panah itu saja.

 Ahli Ilmu Falak adalah ibarat semut yang luas sedikit pandangannya dan nampak jari-jari tangan yang menggerakkan pena itu, yaitu ia tahu bahwa unsur-unsur itu adalah kekuatan bintang-bintang, tetapi dia tidak tahu bahwa bintang itu adalah di bawah kuasa Malaikat.

 Karena berbeda-bedanya derajat pandangan manusia itu, maka tentulah timbul perbedaan hasil atau efek (akibat) kepada sebab pemikiran dan prilaku. Mereka yang tidak memandang lebih jauh dari perbatasan alam nyata ini adalah ibarat orang yang menganggap budak yang paling rendah itu sebagai raja. Hukum alam nyata itu (Fenomena) itu harus tetap. Jika tidak, tidak adalah ilmiah. Namun, adalah salah besar menganggap hamba itu tuannya.

 Selagi ada perebedaan ini, segala itulah pertengkaran akan terus. Ini adalah ibarat orang buta yang ingin mengenal gajah. Seseorang memegang kaki gajah itu lalu dikatakannya gajah itu seperti tiang. Seorang lainnya memegang gadingnya lalu katanya gajah itu seperti kayu bulat yang keras. Seorang lagi memegang telinganya lalu katanya gajah itu macam kipas. Tiap-tiap seorang menganggap bagian-bagian itu sebagai keseluruhan. Dengan itu, ahli ilmu alam dan ahli ilmu Falak menyanggah hukum-hukum yang mereka dapat dari ahli-ahli hukum.

 Kesalahan dan sangkaan seperti itu terjadi juga kepada Nabi Ibrahim seperti yang tersebut dalam Al-Quran, Nabi Ibrahim menghadap ke bintang, bulan dan matahari untuk disembah. Lama kelamaan ia sadar siapa yang menjadikan semua-benda-benda itu, lalu bisa berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kita selalu mendengar orang merujuk kepada sebab yang kedua bukan kepada sebab yang pertama dalam hal apa yang disebut sakit. Misalnya;
 jika seseorang itu tidak lagi cenderung kepada urusan keduniaan, segala keseronakkan biasa tidak lagi dipedulikannya, dan tidak peduli apa pun, maka dokter mengatakan, "Ini adalah penyakit gundah gulana, dan ia perlu sekian-kian obat atau priskripsi.

" Fisikawan akan berkata "Ini adalah kekeringan otak yang disebabkan oleh cuaca panas dan tidak dapat dilegakan kecuali udara menjadi lembab.

" Ahli nujum akan mengatakan bahwa itu adalah pengaruh bintang-bintang.

 "Hanya itulah kebijaksanaanya mereka." Kata Al-Quran, tidaklah mereka tahu bahwa sebenarnya apa yang terjadi adalah: Allah Subahana Wataala peduli pada kesejahteraan orang yang sakit itu dan dengan itu memerintahkan hamba-hambanya seperti bintang-bintang atau unsur-unsur, mengeluarkan kondisi seperti itu kepada orang itu agar ia berpaling dari dunia ini menghadap ke Tuhan yang menjadikannya.

 Pengetahuan tentang hakikat ini adalah sebuah mutiara yang sangat berharga dari lautan ilmu yang berupa Ilham; dan ilmu-ilmu yang lain itu jika dibandingkan dengan Ilmu Ilham ini adalah ibarat pulau-pulau dalam lautan ilmu ilham itu.


Padepokan lawe [Lalar Gawe]



   [SUPRIADI]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar